Ada Pertanyaan? 0370 633797 crisiscenter.mataram@gmail.com +6285157555176

Tunggu...

Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/BP2MI Berkolaborasi Bersama IOM Selenggarakan Implementasi Modul OPP Sektor Kelapa Sawit di Nusa Tenggara Barat


Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/BP2MI Berkolaborasi Bersama IOM Selenggarakan Implementasi Modul OPP Sektor Kelapa Sawit di Nusa Tenggara Barat

Mataram, 02/11/2024 – Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, melalui Direktorat Penempatan Non-Pemerintah Kawasan Asia Afrika dan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Nusa Tenggara Barat (NTB), bekerja sama dengan International Organization for Migration (IOM) Indonesia dalam penyelenggaraan Orientasi Pra-Pemberangkatan (OPP) untuk Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) yang khusus akan berangkat ke Malaysia untuk bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, pada 1 – 2 November 2024 dan bertempat di Aula BP3MI NTB.

 

Sebanyak 31 CPMI akan diberangkatkan langsung ke Malaysia pada awal bulan November 2024 mengikuti kegiatan implementasi modul OPP. Adapun kegiatan OPP ini merupakan langkah tindak lanjut kolaborasi IOM Indonesia dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/BP2MI terkait penyiapan CPMI yang akan bekerja di sektor kelapa sawit di Malaysia. Sebelumnya, telah dilaksanakan penyusunan modul OPP bersama yang spesifik digunakan bagi CPMI yang akan bekerja di sektor kelapa sawit di Malaysia dan menyelenggarakan kegiatan pelatihan untuk para fasilitator/instruktur BP2MI serta organisasi masyarakat sipil berdasarkan modul yang telah disusun.

 

“Kepala BP3MI NTB, Noerman Adhiguna, SE.M.B.A menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada International Organization Of Migration (IOM) yang telah menyelenggarakan pelatihan/TOT kepada instruktur OPP dan mengimplementasikannya pada kegiatan OPP di kantor BP3MI NTB selama 2 hari, sejak tanggal 1 & 2 November 2024. Tentunya TOT dan pelaksanaan impelementasinya telah memberikan pemahaman dan pengalaman baru bagi para instruktur OPP.

Terlebih modul yang disampaikan telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan CPMI terkait semua tahapan proses pra keberangkatan,hak hak dasar selama bekerja dan persiapan yang diperlukan ketika akan kembali ke Indonesia”.

“Saya berharap uji coba modul ini memberikan input baru bagi pemerintah dan IOM dalam upaya peningkatan kualitas dan kompetensi CPMI yang akan bekerja ke luar negeri.” Ungkap Noerman.

                                                                                                                    

Pada kesempatan orientasi kali ini, modul yang telah disusun disampaikan langsung kepada CPMI oleh para instruktur BP3MI NTB yang telah dilatih. Modul yang disampaikan diantaranya adalah mengenai gambaran umum Malaysia, bekerja di perkebunan sawit, prinsip  hak dasar di tempat kerja dan kewajiban pekerja, serta modul dukungan serta mekanisme bantuan terhadap migran.  Adapun materi dan penyampaian modul telah disesuaikan berdasarkan kebutuhan informasi tambahan serta melalui metode fasilitasi yang berorientasi pada partisipasi aktif para CPMI. Dalam hal ini, orientasi disampaikan dengan berbagai alat penunjang para instruktur seperti video, permainan studi kasus, dan sebagainya.

 

Shafira Ayunindya selaku National Programme Officer IOM Indonesia untuk Bidang Mobilitas Pekerja dan Inklusi Sosial menyampaikan pentingnya OPP dalam penyiapan CPMI sebelum keberangkatan mereka ke negara penempatan. “Orientasi pra-pemberangkatan yang spesifik terhadap sektor serta negara penempatan CPMI akan membantu mereka dalam memperoleh gambaran riil terkait situasi kehidupan dan bekerja di sana, di mana hal ini diharapkan dapat lebih menyiapkan CPMI dalam menjalankan pengalaman migrasi mereka sehingga mereka dapat mendapatkan manfaat positif yang maksimal dari migrasi dan terhindar dari berbagai risiko perlindungan yang mungkin dihadapi, seperti risiko kerja paksa dan menjadi korban tindak pidana perdagangan orang.”

 

Menurut data Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Malaysia adalah negara penempatan ke-dua tertinggi bagi pekerja migran Indonesia yang berangkat secara prosedural. Terdapat sebanyak 72,260 proses penempatan PMI ke Malaysia yang terdaftar pada tahun 2023, di mana sebagian besar penempatan ke sektor pekerjaan domestik dan perkebunan, termasuk perkebunan kelapa sawit. Selain itu, Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi tertinggi asal pekerja migran Indonesia ke sektor kepala sawit ke Malaysia, sebanyak (data) proses penempatan terjadi di tahun 2023.

 

Rangkaian kegiatan ini terlaksana dengan dukungan dari program People Positive Palm: Mitigasi Risiko Kerja Paksa, Mempromosikan Perekrutan yang Bertanggung Jawab dan Praktik Ketenagakerjaan yang Adil yang didanai oleh Consumer Goods Forum - Human Rights Coalition (CGF-HRC) yang diimplementasi oleh IOM Indonesia. Adapun program ini bertujuan untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam menghapus praktik kerja paksa dalam rantai pasokan, mendorong perekrutan yang beretika, dan membantu sektor perkebunan di Malaysia untuk mendeteksi praktik-praktik kerja paksa di dalam rantai pasokan perusahaan-perusahaan anggota CGF-HRC.

Bagikan berita ini:

whatsapp
Hubungi Kami